Malam itu,
badanku terasa lelah sekali. Aku pun tertidur sendiri. Zzzzzz.....!!!!! Suara
dengkurku semoga tidak menganggu anakku. Dalam tidurku, aku bermimpi bertemu
dengan seorang orang tua berambut putih, berjenggot putih lebat dan bercambang
memakai kacamata. Wajahnya adalah paduan
Osama Bin Laden dan Eyang Subur. Aku panggil dia yaitu SIMBAH.
“Hai
anakku, aku mau menceritakan sesuatu yang telah dirahasiakan selama puluhan
tahun”, tukas sang orangtua. “Rahasia ini harus kuberitahukan kepadamu agar
anak cucu tahu tentang hal ini”, dia menambahi. “Kau kader Muhammadiyah
khan?”,tanyanya. Aku hanya menganggukkan sambil menggaruk-garuk kepala dan
tersenyum simpul.
Dalam
hatiku aku bergumam, “kalau kader nggak tau deh, Kalau pegawai AUM so pasti”.
Aku tak tahu siapa aku, kader atau pecundang yang ikut menikmati kejayaan
Muhammadiyah. Begini saja, Aku cuman pegawai AUM maka wajib aktif di
Muhammadiyah. “Ah, dasar mental kuli, heheheheh...!!!!”.
“Gimana
mbah, mau cerita apa?”, tanyaku. “Cucuku, ini tentang sejarah Muhammadiyah
Solo”. “Muhammadiyah dimulai di Kampung Sewu”, dia mulai bercerita “Lho kok
bisa?”, tanyaku. Maka, orang tua itu bercerita. Muhammadiyah Solo diawali
dengan Kursus Islam sebulan dua kali yang diadakan oleh kring Sarekat Islam (cabang) Solo. Kursus ini
diampu oleh seorang revolusioner bernama H. Misbach di rumah Darsosasmito.
Kursus itu
mengajari berbagai hal tentang Islam dan dilanjutkan dengan tanya jawab
tentang agama lain yaitu Kristen, Budha, Teosofi dan
Kejawan. Kursus itu semakin lama semakin berkembang. Pak H. Misbach mulai
kewalahan untuk malayani pertanyaan para peserta. Maka, Pak Misbach usul
mendatangkan Kyai Dahlan dari Jogja. Karena Pak Misbach pikir bahwa kyai Dahlan
yang mampu menerangkan masalah ini.
Dia adalah
kyai besar pendiri Muhammadiyah le.”Oh begitu ya mbah”, tukasku.”Kyai Dahlan
sudah terlatih berdiskusi dengan semua kalangan termasuk pendeta, gitu le”,
Sahut Simbah dengan semangat. “Oh, Siapa itu Pak Misbach?, hehehehe...!!!”
Dalam hatiku berguman kalau aku cuman tau Pak Bari dan Pak Anwar, Mas Anas, Pak
Duktur Ali Kota Barat dan Pak Sukidi Al-Srageny. Maklum, aku cuman pegawai AUM
yang grubyag-grubyug ra cetho.
“Aku
lanjutkan ceritaku jangan kau sela”, dia agak marah. “Iya mbah, maafkan aku
mbah”, aku emang tidak bisa menahan tawa karena kebodohanku. Pak Misbach
membuat panitia menyambut Kyai Dahlan. Pak Misbach dkk bersiasat untuk
sekaligus mendirikan Muhammadiyah cabang Solo. Sayang...!!! Belanda memang
sialan. Kyai Dahlan dilarang mendirikan Muhammadiyah diluar kota Yogyakarta.”Itu
tahun 1917 le, kamu masih belum jelas saat itu le”, simbah menambahi. “inggih”,
jawabku cuman itu.
“Kyai
Dahlan memang cerdas”, kata simbah dengan berapi-api. Kyai Dahlan menyarankan
mendirikan SATV sebelum mendirikan Muhammadiyah. “Apa itu SATV mbah, stasiun
Televisi?”, tanyaku lugu. “Hah, bodoh kok dipelihara”, simbah mulai jengkel denganku.
“SATV adalah Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Vatonah”, tambahnya.
Semua itu
adalah sifat-sifat dari Nabi Muhammad SAW. SATV meneladani dan mengikuti ajaran
Rosululloh SAW. SATV itu satu tarikan nafas dengan Muhammadiyah. SATV
bermetamorfosis menjadi Muhammadiyah di Tahun 1923.
“Lha Pak
Misbach gimana kabar, mbah?”, tanyaku. “Pak Misbach seorang pejuang politik
maka SATV bukan wadah yang tepat baginya”, jawab simbah. Pak Misbach menjabat
ketua SATV hanya selama satu tahun. Pak Misbach ditangkap Belanda tahun 1923.
Pak Misbach
meyakini bahwa Dakwah Islam lebih efekti di jalur politik radikal. Ini berbeda
mayoritas pengurus SATV yang menghendaki jalur kultural.Pak Misbach bertindak
ksatria untuk mudur dari ketua namun aktif sebagai pendakwah SATV. Pak Misbach
dibuang ke Boven Digul tahun 1923.
Belanda
mengizinkan Muhammadiyah membuka cabang di luar Yogyakarta sejak tahun 1921.Karena
persiapan yang panjang maka Muhammadiyah Solo berdiri tahun 1923. “Muhammadiyah
Solo akhirnya berdiri dan dipimpin oleh Kyai Moechtar Boechori”, tukas simbah.
Tiba-tiba,
Perutku mulas dan tidak tertahankan. “Mbah udah dulu ya, mulas perutku”, Aku
menyahutnya. Simbah sambil terkekeh-kekeh dia menjawab, “udah, sono ke WC
dulu”. Clingggg...!!!! Aku pun terbangun dari tidur. Aku merasa mulas di alam
sadarku. Aku lari tunggang-langgang ke WC.
“Woii,
airnya kok macet”, teriakku. “Waduh Kojurrr....!!!”, sambil meringis menahan
sakit. “kudu ngangsu banyu sik ki”, sambil mengumpat-umpat