Tuesday, April 19, 2016

Celoteh Simbah (1)



 

Malam itu, badanku terasa lelah sekali. Aku pun tertidur sendiri. Zzzzzz.....!!!!! Suara dengkurku semoga tidak menganggu anakku. Dalam tidurku, aku bermimpi bertemu dengan seorang orang tua berambut putih, berjenggot putih lebat dan bercambang memakai kacamata. Wajahnya  adalah paduan Osama Bin Laden dan Eyang Subur. Aku panggil dia yaitu SIMBAH.
“Hai anakku, aku mau menceritakan sesuatu yang telah dirahasiakan selama puluhan tahun”, tukas sang orangtua. “Rahasia ini harus kuberitahukan kepadamu agar anak cucu tahu tentang hal ini”, dia menambahi. “Kau kader Muhammadiyah khan?”,tanyanya. Aku hanya menganggukkan sambil menggaruk-garuk kepala dan tersenyum simpul.
Dalam hatiku aku bergumam, “kalau kader nggak tau deh, Kalau pegawai AUM so pasti”. Aku tak tahu siapa aku, kader atau pecundang yang ikut menikmati kejayaan Muhammadiyah. Begini saja, Aku cuman pegawai AUM maka wajib aktif di Muhammadiyah. “Ah, dasar mental kuli, heheheheh...!!!!”.
“Gimana mbah, mau cerita apa?”, tanyaku. “Cucuku, ini tentang sejarah Muhammadiyah Solo”. “Muhammadiyah dimulai di Kampung Sewu”, dia mulai bercerita “Lho kok bisa?”, tanyaku. Maka, orang tua itu bercerita. Muhammadiyah Solo diawali dengan Kursus Islam sebulan dua kali yang diadakan oleh kring  Sarekat Islam (cabang) Solo. Kursus ini diampu oleh seorang revolusioner bernama H. Misbach di rumah Darsosasmito.
Kursus itu mengajari berbagai hal tentang Islam dan dilanjutkan dengan tanya jawab tentang   agama lain yaitu Kristen, Budha, Teosofi dan Kejawan. Kursus itu semakin lama semakin berkembang. Pak H. Misbach mulai kewalahan untuk malayani pertanyaan para peserta. Maka, Pak Misbach usul mendatangkan Kyai Dahlan dari Jogja. Karena Pak Misbach pikir bahwa kyai Dahlan yang mampu menerangkan masalah ini.
Dia adalah kyai besar pendiri Muhammadiyah le.”Oh begitu ya mbah”, tukasku.”Kyai Dahlan sudah terlatih berdiskusi dengan semua kalangan termasuk pendeta, gitu le”, Sahut Simbah dengan semangat. “Oh, Siapa itu Pak Misbach?, hehehehe...!!!” Dalam hatiku berguman kalau aku cuman tau Pak Bari dan Pak Anwar, Mas Anas, Pak Duktur Ali Kota Barat dan Pak Sukidi Al-Srageny. Maklum, aku cuman pegawai AUM yang grubyag-grubyug ra cetho.
“Aku lanjutkan ceritaku jangan kau sela”, dia agak marah. “Iya mbah, maafkan aku mbah”, aku emang tidak bisa menahan tawa karena kebodohanku. Pak Misbach membuat panitia menyambut Kyai Dahlan. Pak Misbach dkk bersiasat untuk sekaligus mendirikan Muhammadiyah cabang Solo. Sayang...!!! Belanda memang sialan. Kyai Dahlan dilarang mendirikan Muhammadiyah diluar kota Yogyakarta.”Itu tahun 1917 le, kamu masih belum jelas saat itu le”, simbah menambahi. “inggih”, jawabku cuman itu.
“Kyai Dahlan memang cerdas”, kata simbah dengan berapi-api. Kyai Dahlan menyarankan mendirikan SATV sebelum mendirikan Muhammadiyah. “Apa itu SATV mbah, stasiun Televisi?”, tanyaku lugu. “Hah, bodoh kok dipelihara”, simbah mulai jengkel denganku. “SATV adalah Shiddiq, Amanah, Tabligh dan Vatonah”, tambahnya.
Semua itu adalah sifat-sifat dari Nabi Muhammad SAW. SATV meneladani dan mengikuti ajaran Rosululloh SAW. SATV itu satu tarikan nafas dengan Muhammadiyah. SATV bermetamorfosis menjadi Muhammadiyah di Tahun 1923.
“Lha Pak Misbach gimana kabar, mbah?”, tanyaku. “Pak Misbach seorang pejuang politik maka SATV bukan wadah yang tepat baginya”, jawab simbah. Pak Misbach menjabat ketua SATV hanya selama satu tahun. Pak Misbach ditangkap Belanda tahun 1923.
Pak Misbach meyakini bahwa Dakwah Islam lebih efekti di jalur politik radikal. Ini berbeda mayoritas pengurus SATV yang menghendaki jalur kultural.Pak Misbach bertindak ksatria untuk mudur dari ketua namun aktif sebagai pendakwah SATV. Pak Misbach dibuang ke Boven Digul tahun 1923.
Belanda mengizinkan Muhammadiyah membuka cabang di luar Yogyakarta sejak tahun 1921.Karena persiapan yang panjang maka Muhammadiyah Solo berdiri tahun 1923. “Muhammadiyah Solo akhirnya berdiri dan dipimpin oleh Kyai Moechtar Boechori”, tukas simbah.
Tiba-tiba, Perutku mulas dan tidak tertahankan. “Mbah udah dulu ya, mulas perutku”, Aku menyahutnya. Simbah sambil terkekeh-kekeh dia menjawab, “udah, sono ke WC dulu”. Clingggg...!!!! Aku pun terbangun dari tidur. Aku merasa mulas di alam sadarku. Aku lari tunggang-langgang ke WC.
“Woii, airnya kok macet”, teriakku. “Waduh Kojurrr....!!!”, sambil meringis menahan sakit. “kudu ngangsu banyu sik ki”, sambil mengumpat-umpat